Seratus tahun yang lalu, tidak ada seorangpun di antara kita yang
ada di dunia ini. Dan 100 tahun yang akan datang, in syaa Allah juga tidak ada seorangpun di antara kita yang masih tinggal di dunia ini. Maknanya kita di dunia ini waktunya sangat singkat.
Maka senantiasa kita berpikir, merenung, memahami untuk apa Allah mendatangkan kita ke dunia ini. Allah tidak membiarkan kita dalam kebingungan. Allah yang menciptakan dunia ini, Allah yang menciptakan kita telah mengutus Sayyidul Anbiya’ Rasulullah Muhammad saw, untuk memberitahu kepada kita untuk apa kita didatangkan ke dunia ini.
Baginda Nabi telah menjelaskan bahwa kita didatangkan ke dunia ini untuk diuji dengan beberapa tugas. Kalau tugas ini kita kerjakan, maka Allah akan ridho kepada kita. Hidup kita di dunia akan dibarokahi oleh Allah. Setelah mati kita akan dikirim ke surga Allah, menjadi raja2 di surga Allah. Istana2 dari emas, berlian telah disiapkan di sana. Sungai2 susu, madu bahkan sungai khamr telah dialirkan di sana. Bidadari2 telah berhias untuk menyambut kita.
Para malaikat telah bekerja menyiapkan penyambutan untuk kedatangan kita. Kita akan selamat selama2nya, bahagia selama2nya, mulya selama2nya, bebas dari segala masalah. Apa yang kita inginkan Allah akan kasih, berlipat2. Walakum fiiha maa tasytahi anfusukum walakum fiiha maa tadda’uun (Fushilat: 31). Apa yang kamu inginkan Allah kasih, apa yang kamu minta Allah akan beri. Waridwanu minallahi akbar. Ridho Allah lebih besar dari segala2nya. Ini kalau kita menjalankan tugas.
Kalau kita tidak menjalankan tugas, maka Allah akan menjadikan kehidupan kita di dunia ini sengsara. Ma’isyatan donka, kehidupan yang sengsara, sempit, sumpek. Walaupun rumahnya besar, sawahnya luas, duitnya banyak, tapi Allah akan jadikan kehidupan kita ini sempit, sumpek. Tambah hari tambah sumpek, tambah sempit, sampai mati lebih sempit lagi. Kuburan kita akan menjadi tempat sempit yang menakutkan, bahkan menghimpit kita. Kemudian tidak ada tempat bagi orang2 yang tidak menjalankan tugas ini kecuali tempat2 yang penuh dengan kesengsaraan, kesusahan selama2nya. Kalau dia tidak menjalankan 100% tugas ini, maka dia akan celaka 100% selama2nya. Kalau dia masih mati dalam iman, maka dia akan dihukum sesuai kesalahannya kalau tidak diampuni oleh Allah atau mendapat syafaat dari Rasulullah. Semoga Allah ampuni kita semua.
Hadirin,
Tugas kita sebagai manusia adalah menghambakan diri kepada Allah, beribadah kepada Allah. Wamaa kholaqtul jinna wal insa illah liya’buduun. Tidak mungkin orang beribadah kalau belum kenal kepada Allah.
1. Mengenal Allah
Maka tugas kita yang pertama adalah kenal kepada Allah, itulah iman. Maka Syeikh Ibnu Ruslan dalam Kitab Az Zubad mengatakan, Awwalu wajibin ‘alal insani ma’rifatul ilahi bistiqani, artinya Kewajiban paling awal, bagi setiap manusia adalah mengenal dan mengetahui Tuhannya dengan keyakinan yang mantab tanpa keraguan.
2. Beribadah kepada Allah
Kalau orang sudah mantab dan yakin bahwa yang berkuasa hanya Allah, yang menentukan hanya Allah, maka pasti dia siang dan malam akan beribadah kepada Allah, tunduk kepada Allah. Dan ibadah yang paling tinggi adalah sholat. Inilah tugas manusia yang kedua.
Maka sholat ini adalah perkara yang penting sekali. Kalau dalam ilmu manajemen ini adalah perkara penting dan mendesak. Para ulama mengatakan kalau kamu ingin mengetahui derajat kamu, pangkat kamu di sisi Allah, lihatlah pandangan kamu kepada sholat. Kalau kamu memandang, menganggap sholat ini penting sekali – maka kamu orang yang penting di sisi Allah.
Kalau kamu menganggap sholat ini perkara yang besar, maka kamu adalah orang yang besar di sisi Allah. Kalau kamu menganggap sholat ini biasa saja, maka kamu orang biasa saja di sisi Allah. Barang siapa meremehkan sholat maka dia orang yang remeh di sisi Allah, man haanat ‘alaihish sholat fahuwa ‘indallahi ahwan.
Maka bagi orang beriman, sholat ini perkara yang penting sekali. Kalau datang waktu sholat, tidak ada yang dipikir selain sholat, gawat darurat karena ini panggilan Allah. Marilah sholat, marilah mencapai kesuksesan. Maknanya kesuksesan adalah dalam menghadap kepada Allah.
Hai petani2 yang ada di sawah hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falaah. Kesuksesan kamu adalah kalau kamu menghadap kepada Allah. Bukan kalau kamu menghadap kepada sawah. Menghadaplah kepada yang menciptakan sawah. Inilah waktunya sholat.
Hai pedagang2, pegawai2, pejabat2, presiden dan raja2 kesuksesan kamu adalah ketika kamu menghadap pada Allah. Meskipun kamu memiliki punya istana, punya jabatan, punya harta, punya dunia dengan segala isinya; tapi kalau tidak mau menghadapkan dirimu pada Pencipta dunia ini, kamu celaka, gagal, hancur kalian.
Hai orang2 miskin, kamu jangan sedih dengan kemiskinan kamu. Kamu ingin bahagia, ingin sukses? Datanglah kepada Allah dengan sholat. Hai orang2 sakit, kamu tidak usah sedih dengan sakitmu, kamu ingin sukses, ingin bahagia, datanglah kepada Allah dengan sholat. Kalau Allah sayang kepada kamu, cinta kepada kamu maka kamu akan masuk surga tidak akan sakit selama2nya.
Hai orang2 kaya, kesuksesan kamu bukan di dalam kekayaan. Kalaupun harta kamu melimpah, turah2, kalau hubunganmu buruk dengan Yang Maha kaya, kamu akan menyesal dengan kekayaan kamu. Kekayaan kamu justru akan menjadi bara api yang membakarmu di akhirat.
Hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falaah. Kalau sudah mendengar ini, maka tinggalkan seluruh urusan. In syaa Allah…!!!
Coba kita rasakan sholat maghrib tadi. Kalau masih biasa saja, berarti kita masih biasa di sisi Allah. Maka kita niatkan, kalau nanti kita masih hidup sholat isya’, sholat kita lebih baik daripada tadi.
Kita gembira dengan sholat itu. Bagaimana kalau kita dipanggil presiden untuk menghadap. Ada surat dari presiden, kamu boleh menghadap di istana hari senin pagi jam 9. Sampaikan semua keperluan kamu, proposal2 kamu. Bagaimana rasanya? Panggilan hari senin, hari minggu kita sudah di jakarta. Dengan penuh gembira sekali.
Ini dibuka pintu untuk menghadap kepada Allah dengan sholat. Dan kita diperintahkan “Hammiluu hawaa ijakum ‘alal maktuubat” Kalau kamu punya hajat apapun, bawalah dalam sholat fardhu. Waktu sujud kita menangis, minta pada Allah. Maka Allah akan tunaikan, mudahkan sesuai yang paling baik untuk kita.
3. Mengikuti Kehidupan Nabi
Tugas manusia yang ketiga adalah kita diperintah oleh Allah untuk mengikuti kehidupan para Nabi. Setelah bercerita tentang para Nabi, kemudian Allah berfirman, “Ulaaikalladziina hadaa humullah fabihudahum muqtadih.” Mereka para Nabi ini orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Ciri khas kehidupan para Nabi itu, setelah iman kuat, ibadah kuat, maka ciri khas yang ketiga adalah siang malam ngajak orang untuk iman, untuk ibadah.
Seluruh nabi dakwah. Waqolaa nuuh, Rabbi inni da’atu qaumii lailan wannaharo. (Nuuh:5). Ini adalah doa Nabi Nuh, setelah dakwah siang dan malam. Wahai Rabku, sesungguhnya aku telah mengajak kaumku siang dan malam, tambah saya ajak tambah lari. Kata para ulama, doa paling baik itu dimulai dengan cerita dakwah di depan Allah. Allah paling suka dengan orang berjuang.
Akhirnya doa diterima Allah, maka orang kafir habis sebab doanya Nabi Nuuh. Doa yang bagaimana? Doa setelah dakwah siang dan malam. Berapa hari, 4 bulan? Bukan, ratusan tahun.
Jadi kalau kita ingin doanya kuat, dakwah dulu. Setelah dakwah sampai peyok, terus Yaa Allah aku telah buat usaha dakwah begini2. Tolong aku yaa Allah. Inni maghlubun fantashir.
Begitu pula doa Nabi Zakaria. Nabi Zakaria sudah tua tidak punya anak, istrinya mandul lagi. Tapi para Nabi tidak peduli, tidak terkesan dengan keadaan. Karena keadaan itu yang bikin Allah. Kalau Allah berkehendak semua mudah saja, yang sulit jadi mudah yang mudah jadi sulit sesuai kehendak Allah. Nabi Zakaria berdoa minta diberikan keturunan kepada Allah. Tapi Nabi Zakaria berdoa minta anak karena alasan dakwah.
Wa inni khiftul mawaaliya min waraai, wakaanati-mro atii ‘aaqiran, wahabli min ladunka waliyya. (Maryam (19):5).
Yaritsunii wayaritsu min aali ya’quub. Waj’alhu rabbi rodhiyya. (Maryam: 6).
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Rabb, seorang yang diridhai"
Akhirnya Allah kabulkan doanya dan diberikan anak, yaitu Nabi Yahya. Masih kecil sudah jadi Nabi. Maka anak kecil juga harus sudah dikenalkan Allah dan akhirat.
4. Mengikuti Kehidupan Baginda Nabi SAW
Kemudian tugas manusia yang keempat adalah kita diperintah untuk mengikuti Baginda Nabi SAW. Laqod kaana lakum fii rasuulullahi uswatun hasanah. Keistimewaan Nabi banyak sekali. Keistimewaan yang paling masyhur yaitu beliau diperintah untuk dakwah seluruh alam. Wamaa arsalnaka illa rahmatan lil ‘alaamiin. Wujud sayangnya Nabi kepada ummat adalah mengajak ummat untuk amal agama. Menghidupkan agama seluruh alam.
Selagi kita belum mengajak ummat untuk amal agama, itu artinya kita belum sayang, belum rahmat. Kalau kita membiarkan ummat berbondong2 menuju neraka jahannam, berarti kita ini masih kejam kepada ummat. Kalau sudah mengajak ummat kepada agama akhirnya menuju surga itulah namanya sayang.
Baginda Nabi diutus untuk menyayangi seluruh alam, maka kita pun harus menyayangi ummat seluruh alam. In syaa Allah ! Bagaimana caranya? Bentuk jamaah untuk menghidupkan agama seluruh alam. Kemudian jamaah mengeluarkan jamaah. Kalau tidak kita bentuk fikir jamaah mengeluarkan jamaah, itu artinya belum kerja seluruh alam. Walaupun kita baru putar di kampung kita sendiri, tapi kalau prinsip dan fikir kita jamaah mengeluarkan jamaah, maka itu sama dengan menghidupkan agama di seluruh alam. Jadi cara gerak seluruh alam caranya sangat mudah: jamaah keluarkan jamaah.
Maka Baginda SAW ketika sedang sakaratul maut mengeluarkan jamaah. Beliau sudah dipanggil oleh Allah, padahal tugas beliau seluruh alam. Maka dalam keadaan sakaratul mau pun tetap mengeluarkan jamaah, yaitu jamaah Sayyidina Usamah bin Zaid RA, 3.000 orang dikirim ke negeri Ruum. Kita usahakan bagaimana nanti ketika sakaratul maut pun juga bisa mengeluarkan jamaah, seperti Nabi Agung SAW. Kapan sakaratul maut itu? Bisa nanti, bisa besok, bisa lusa kita tidak tahu. Maka fikir kita hari2 keluarkan jamaah. Karena mungkin hari itu, itulah hari sakaratul maut kita, kita tidak tahu.
5. Mengikuti Kehidupan Sahabat Nabi
Selanjutnya tugas kita yang kempat adalah mengikuti kehidupan para sahabat. Wassabiquunal awwaluuna minal muhajiriina wal anshoor, Walladziinat taba’uhum bi ihsaan, Radhiyallahu ‘anhu warodhu ‘anh. Orang2 yang cepet2 masuk islam awal2, dari kalangan muhajirin dan anshor dan yang mengikuti mereka, Allah ridho kepada mereka – Mereka ridho kepada Allah.
Kalau kita ingin dapat ridho Allah, maka dikasih jalan: ikutilah sahabat muhajirin dan anshor. Pusat para muhajirin dan anshor adalah di Madinah Al Munawaroh. Ringkasnya, kita ini diperintah Allah untuk membuat suasana Madinah di kampung2 kita.
Kampung Madinah itu bagaimana? Cerita tentang kebaikan Madinah sangat banyak. Tapi bisa kita lihat dari yang paling fundamental, yaitu apa hari2 yang dipikirkan oleh orang2 Madinah. Apa yang diyakini orang2 Madinah agar bisa meraih kebahagiaan?
Orang2 Madinah sama seperti kita, mereka juga punya pekerjaan, lebih banyak sebagai petani. Tapi yang paling penting mereka pikirkan adalah dakwah.
Ketika Baginda SAW datang ke Madinah, maka seluruh masyarakat besar yang kecil, tua muda, anak2 semua menyambut Baginda Nabi. Thola’al badru ‘alaina min tsani’atil wadaa’. Wajaba syukru ‘alaina maa da’aa lillaahi daa’. Wajib kita syukuran selagi masih ada orang dakwah, kata orang Madinah. Walaupun beras banyak, kurma banyak, anak banyak tapi kalau tidak ada orang dakwah – nangis ! Walaupun tidak ada beras, tidak ada uang wajaba syukru ‘alaina maa da’a lillaahi da’a. Ini pikiran orang Madinah, pusatnya muhajirin dan anshor. Maka kalau sikap kita ini seperti orang Madinah, maka kampung kita bisa seperti kampung Madinah Al Munawaroh.
Tapi kalau ada orang dakwah kita tidak suka atau bahkan merasa terganggu, maka jadinya bukan Madinah Al Munawaroh tapi Madinah Al Zalzalah. Jadi tempat yang buruk. Kalau kampung kita ingin menjadi Madinah Al Munawaroh, rubah sikap kita: meskipun beras tidak ada, duit tidak ada tapi kalau ada dakwah, syukur kepada Allah. Karena kalau ada dakwah agama akan hidup, kalau agama hidup duit berkah, anak berkah, sawah berkah, dagang berkah semua berkah. Tapi kalau tidak ada dakwah, lama2 agama mati. Kalau agama mati, sawah tidak berkah, anak tidak berkah, istri tidak berkah hidup serakah, penuh masalah mati dalam kesengsaraan.
Bagaimana cara memulainya? Dengan menghidupkan amal masjid. Bagaimana seluruh ummat kita bawa ke masjid. Setelah sampai di masjid, hidupkan amal masjid yagn pertama: hidupkan suasana mengajak manusia kepada Allah, untuk mengingati Allah. Sampaikan kepada seluruh ummat, bahwa tidak ada yang lebih penting daripada memeprbaiki hubungan kita kepada Allah. Kesuksesan kita hanya jika kita punya hubungan baik kepada Allah. Kalau kita tidak baik kepada Allah, walaupun ke bulan pun, ke neraka juga. Walaupun menjadi pejabat tinggi sekalipun, akhirnya masuk kuburan, masuk neraka juga. Kalau tidak baik hubugannya kepada Allah.
Kumandangkan setiap masjid Allahu Akbar. Allah Maha Agung, selain Allah kecil semua. Bahkan selain Allah itu tidak ada, tapi dihidupkan oleh Allah. Selain Allah tidak hidup, tetapi dihidupkan oleh Allah. Tidak bisa apa2 kecuali kalau diapa2kan oleh Allah. Laa ilaaha illallah. Dakwah ini sangat penting hadirin.
Karena manusia ini sebenarnya kalau mau mikir itu tahu. Tapi itulah sifat manusia, sedikit berpikir. Kalau mau mikir, tidak ada manusia yang mengaku menciptakan langit, matahari, bulan. Bahkan tidak ada yang mengaku menciptakan dirinya sendiri. Kalau mau mikir pasti akan merasa saya ini hamba Allah. Tapi manusia itu mudah lupa. Obatnya lupa adalah diingatkan, itulah namanya dakwah.
Dakwah itu bukan memberi tahu, tapi mengingatkan. Fadzakkir! Sebenarnya yang disampaikan adalah perkara yang semua orang sudah ngerti sebetulnya. Entah sedikit entah banyak, tapi mereka lupa terus. Kalau lupa terus bagaimana? Diingatkan terus. Seperti di sekolahan, semua siswa sudah tahu bahwa jam 7 masuk. Tapi setiap jam 7 pasti ada bel, padahal anak2 sekarang sudah punya jam semua. Tapi kalau bel tidak dibunyikan ya lupa terus. Masih ada saja yang jajan, bermain, minum es di kantin dll gak masuk2.
Begitu juga ummat islam sudah tahu, waktunya sholat subuh, dhuhur dll mereka sudah tahu. Tapi ketika diseru mereka tidak datang? Karena mereka lupa terus. Maka karena lupanya terus2an, maka mengingatkannya juga terus2an. Dan mengingatkan orang itu, barokahnya kepada kita sendiri. Waman jahada fainnama yujahidu li nafsih. Kalau orang berjuang barokahnya kembali kepada dirinya sendiri. Orang mau orang tidak mau itu nomor dua, yang penting kita mau. Kita dakwah orang mau, kita dapat pahala. Kita dakwah orang tidak mau, kita tetap saja dapat pahala. Kata para ulama, kesimpulan dari Qur’an dan Hadits: Kalau orang itu dakwah untung terus. Orang mau atau tidak mau, dia tetap dapat pahala. Kalau orang mau, pahalanya banyak. Orang2 yang beramal sebab dia, dia dapat pahalanya. Kalau orang tidak mau, dia tetap dapat pahala. Wa in tatawallau yastabdil-qauman ghairakum (Muhammad: 38). Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain. Allah datangkan orang yang mau.
Baginda Nabi dakwah di Mekkah, orang Mekkah tidak mau—sedikit saja yang mau. Maka Allah datangkan orang Madinah, berbondong2. Nabi dakwah ke Thaif, orang Thaif tidak mau. Setelah pulang dari Thaif, di Kampung Wadin Nakhil, tiba2 jin2 pada datang masuk Islam. Ini pelajaran penting kata para ulama agar kita tetap dakwah, orang mau atau tidak mau. Yang penting kita tidak mau.
Kemudian ketika kita terus dakwah, Allah akan hancurkan kebathilan2 di dunia ini—kalau mereka tidak mau menerima. Ketika Nabi Musa dakwah di Mesir, maka kebathilan2 yang dibawa Fir’aun, Qorun dan Hamman hancur semuanya. Kapan hancurnya Namrud? Bukan setelah di bom nuklir, bukan setelah dikudeta. Tapi setelah Nabi Ibrahim dakwah. Jadi kehebatan dakwah ini pertama adalah mendatangkan hidayah kepada orang yang Allah kehendaki dan membawa kehancuran bagi orang2 ahli bathil.
Sehingga untuk menghancurkan ahli bathil bukan dengan bom, tapi dengan dakwah. Nabi Musa tidak punya bom. Dakwah aja terus, tahu2 Fir’aun ndelep sendiri. Kita siap ambil bagian in syaa Allah?!
Tapi kalau dakwah tidak dihidupkan, maka timbul preman2. Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Janda…padahal dulu nenek moyang mereka adalah wali2 Allah. Tapi karena dakwah tidak hidup akhirnya cucunya jadi preman, memusuhi agama, merusak agama. Maka kalau kita ingin anak cucu kita selamat, kita ingin jumpa anak cucu kita di pintu surga, kita buat dakwah.
Kita sampaikan pada anak istri kita, kita pisah sebentar ayah mau buat dakwah. Supaya agama hidup, kalau agama hidup in syaa Allah kita akan jumpa lagi di surga. Mbah2, anak cucu, cicit semua akan jumpa lagi di surga. Tapi kalau kita tidak hidupkan dakwah, na’dzubillah anak cucu kita akan menuju jahannam tidak bisa ketemu lagi. Maka kita pisah sebentar, agar kita nanti mengadakan reuni sak anak cucu di surga.
Sekarang kan marak reuni2 kalau lebaran. Reuni keluarga Kaji Idris, Reuni keluarga Kaji Abbas. Kamu sudah memikirkan reuni di surga belum? Kalau ingin reuni di surga hidupkan dakwah. Kalau tidak dihidupkan dakwah, anak cucu kamu tidak mau sholat, tidak ada yang datangi. Siapa yang mau mikir anak cucumu, wong mbahnya saja tidak mikir, bapaknya saja tidak mau mikir. Tapi kalau dakwah hidup, anak kamu yang di pojok dunia sana tidak ke masjid ada yang datangi dan diajak ke masjid. Akhirnya anak cucu kamu selamat dan jumpa di surga.
Inilah tugas kita di dunia, sibuk dalam agama dan sibuk menghidupkan agama. Ini bukan tugas pak kyai saja, pak ustadz saja. Tapi tugas seluruh ummat Baginda yang mulia Nabi Agung Muhammad SAW. Berarti termasuk tugas kita juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar