Today's Spirit

Filosofi

ASBAB GHAIBIYAH

Allah telah membuat ketetapan. Dijadikan alam dunia ini darul asbab. Segala sesuatu terjadi dengan sebab2. Dalam perkara asbab ini ADA DUA JENIS ASBAB, yaitu dhahiriah dan ghaibiyyah. Yang dominan atas ketentuan2 yang terjadi di alam ini bukan dhahiriyah tapi ghaibiyyah. Allah jadikan asbab dhahiriyah ini sebagai ujian. Tapi yang benar yang harus kita yakini adalah asbab ghaibiyyah. Orang2 yang hanya yakin dengan asbab dhahiriyah, maka hidupnya akan tersesat, akan tertipu. Tidak akan mencapai kesuksesan yang sebenarnya.

ALLAH MENGUTUS PARA NABI UNTUK MEMBERITAHU PERKARA INI kepada manusia, bahwa kita ini jangan yakin jangan terkesan dengan asbab dhahiriyah, tapi yakin dan terkesan dengan asbab ghaibiyyah.
Asbab dhahiriyyah misalnya yang umum di dunia ini misalnya kita sedang sakit, kita pergi ke dokter, minum obat tujuannya untuk sembuh. Maka dalam perkara ini kadang Allah sembuhkan kadang tidak. Walaupun datang kesembuhan kepada kita dengan minum obat, dengan pergi ke dokter, ke rumah sakit, secara iman kita tidak boleh yakin bahwa asbab kesembuhan dari dokter, obat atau rumah sakit. Ini ujian saja, tapi kita harus tetep yakin bahwa yang menyembuhkan penyakit kita ini adalah Allah SWT. Berdasarkan wahyu dari Allah bahwa yang kuasa menyembuhkan penyakit ini bukan obat, bukan dokter, bukan rumah sakit. Tapi adalah Allah SWT. Fa idza mariidh tu fahuwa yasfiih. (As Syu’araa: 80). Dan Allah berkuasa menyembuhkan penyakit kita ini dengan obat atau tanpa obat, dengan dokter atau tanpa dokter, melalui rumah sakit atau tanpa rumah sakit. Kita harus yakin. Dalam segala perkara ini ada asbab dhahiriyyah ada asbab ghibiyyah.

DALAM PERKARA RIZQI, asbab dhahiriyyah yang diketahui manusia ini dia bekerja, berdagang, bertani atau membuat usaha2 dhahiriyyah. PARA NABI MEMBERI TAHU bahwa rizqi itu bukan dari toko tempat kita berdagang, bukan dari sawah ladang tempat kita bertani, bukan dari kantor atau pabrik tempat kita bekerja. Tapi rizqi adalah datang dari Allah.

Inilah dakwah dari para Nabi. Berdasar wahyu dari Allah, diberi tahu oleh Allah bahwa yang haqiqi adalah asbab ghaibiyyah, yang tidak nampak di mata. Para Nabi mempunyai keyakinan yang kuat terhadap asbab ghaibiyyan ini. Sehingga Nabi dikatakan oleh kaumnya sebagai orang gila, karena bertentangan dengan keyakinan kaumnya ketika itu. Pada umumnya mereka hanya terpengaruh, terkesan dan yakin dengan asbab dhahiriyyah.

Kalau kita katakan rizqi itu dari Allah, mereka menjawab betul rizqi dari Allah, tapi kalau kita tidak kerja bagaimana, tidak dagang bagaimana, tidak ada usaha bagaimana? Sebab mereka sudah terpengaruh dengan asbab dhahiriyah dari sejak kecil sudah dipengaruhi dan ini dianggap semacam ilmu.

Kalau kita punya uang, ingin apa2 kita bisa beli dengan uang itu. Baju bisa kita beli, makanan yang kita makan bisa kita beli. Itu asbab dhahiriyyah. Nampaknya uang yang mendatangkan benda2 itu kepada kita. Tapi secara haqiqi baju yang kita pakai adalah dari Allah, makanan yang kita makan adalah dari Allah. Apa yang ada pada kita semua dari Allah.

Sehingga Nabi Isa mengatakan SIKAP KITA KEPADA ALLAH ITU SEPERTI SIKAP ANAK KECIL KEPADA BAPAKNYA. Jika anak kecil ditanya, dari mana kamu dapat baju, dari bapak. Dari mana kamu makan, dikasih bapak. Dari mana kamu pakai sepatu, dari bapak. Di mana kamu tinggal, di rumah bapak. Nampaknya yang dia tahu apa2 hanya dari bapaknya. Begitulah seharusnya sikap kita kepada Allah. Apa yang ada pada kita ini semua dari Allah, baju dari Allah, makanan dari Allah, tempat tinggal dari Allah. Demikian pula kalau anak kecil mengadakan perjalanan diajak oleh ayahnya. Misal dari jakarta ke surabaya. Dia cerita sama kawannya, saya besok diajak ayah ke surabaya. Kawannya bertanya, apa kamu punya duit? Dia bilang uang dari ayah saya. bagaimana kamu beli tiket kereta api? Ada ayah saya. Bagaimana kamu makan di sana, ada ayah saya. Kamu belum pernah ke surabaya, bisa tersesat di jalan? Ada ayah saya. Anak sangat yakin karena telah mengenal ayahnya. Begitulah sikap kita, harus yakin sepenuhnya kepada Allah seperti itu. Bukan yakin kepada uang yang ada pada kita, tapi yakin kepada Allah. Hapuskan keyakinan kepada asbab. Ini di antara makna dari Laa ilaaha illallah. Tinggalkan keyakinan akan asbab. Bukan meninggalkan asbab!

Yakin dengan asbab dhahiriyyah ini adalah kejahilan. Kalau kita punya masalah, kita selesaikan dengan asbab dhahiriyah saja, walaupun misalnya masalah itu terselesaikan, hal ini merusak iman kita hadirin. Iman kita jadi rusak. Kalau kita sakit langsung yakin hanya obat, dokter atau rumah sakit yang bisa menyembuhkan. Tanpa meyakini asbab ghaibiyyah, maka iman kita menjadi rusak. Lama2 kita akan yakin dengan asbab dhahiriyyah tadi, penyakit sembuh karena obat, bisa kenyang karena makanan, uang bisa menyelesaikan masalah dll.

Demikian hadirin, pada umumnya begitulah keyakinan manusia di dunia. Jangankan orang kafir, orang islam pun tidak sedikit pula memiliki keyakinan yang salah. Tidak yakin dengan asbab ghaibiyyah, tapi lebih yakin dengan yang dhahir. Inilah yang akan menimbulkan masalah, akan mendatangkan kesusahan dunia, terlebih lagi di akhirat. Karena kalau seorang mati, yang pertama ditanya Allah adalah tentang keyakinannya. Man robbuka? Siapa Tuhan kamu, siapa yang memelihara kamu, siapa yang memberi rizqi kepadamu, siapa yang menyembuhkan ketika kamu sakit? Makna dari Man Rabbuka itu luas.
Jika orang tidak kenal dengan Allah, hanya yakin dengan asbab2 dhahiriyyah, dia tidak akan bisa menjawab pertanyaan ini hadirin. Maka dakwah para Nabi terutama adalah mengenalkan kepada Allah yang ghaib. Dan mengenalkan ketetapan2 Allah yang ghaib. Supaya manusia yakin.

Para nabi memberitahu kepada kita demikian juga Rasulullah SAW bahwa yang benar masalah dapat terselesaikan dengan asbab ghaibiyyah. Asbab ghaibiyyah disebut asbab agama. Asbabuddiin. Kalau kita amalkan agama menjadi asbab menyelesaikan segala masalah.
PARA ULAMA MEMBAGI ASBAB INI MENJADI 3. Yang pertama asbab dhulumat, asbab gelap. Kalau kita sakit, kita beli obat atau ke dokter. Hasilnya tidak pasti, mungkin sembuh mungkin juga tidak. Kalau kita mau dapat rizqi  kita dagang, tani, kerja, ini juga asbab dhulumat, asbab gelap. Tidak pasti. Kita lihat kenyataan sehari2, tidak pasti orang dagang dapat rizqi. Ada juga yang rugi. Tidak pasti dengan tani bisa panen, ada juga yang gagal. Tidak pasti dengan kerja dapat gaji, ada juga yang ditipu, tidak dibayar gajinya. Maka itu semua disebut asbab gelap, asbab dhulumat.

Yang kedua disebut asbab fitrah. Asbab  fitrah itu lebih kuat dari asbab gelap. Misal sudah fitrahnya api itu bisa membakar. Sudah fitrahnya pisau itu bisa memotong. Tetapi ini juga tidak pasti, Allah juga masih bisa ubah. Bisa jadi api tidak bisa membakar, bisa jadi pisau tidak bisa memotong, Allah bisa mengubah. Jadi tidak pasti.

Yang pasti adalah asbab agama. Barang siapa menjalankan agama pasti Allah akan datangkan kehidupan yang baik kepadanya dunia dan akhirat. Walaupun Allah berkuasa tidak ada yang bisa melarang, kalau seandainya orang yang mengembangkan agama Allah bisa saja Allah susahkan hidupnya di dunia dan di akhirat. Tapi Allah berjanji tidak akan merubah ini hadirin yang mulia. Pasti janji Allah, orang yang mengamalkan agama Allah akan datangkan kehidupan yang baik, dunianya dan akhiratnya. Man ‘amila sholihan min dzakarin aw untsa, wahuwa mu’minun, falan nuhziyannahu hayatan thoyyibah (An-Nahl 97).

TAPI HARI INI KITA SEPERTI ORANG JAHILIYYAH YANG YAKIN DENGAN ASBAB2 YANG GELAP DAN TIDAK PASTI. Mengapa tidak menempuh asbab yang pasti? Inilah kejahilan kita manusia sekarang ini. Tidak mau menempuh asbab yang pasti. Tidak yakin bahwa dengan agama hidup kita bisa bahagia dunia dan akhirat. Bahkan begitu jahil ummat hari ini, mereka berfikir kalau mengamalkan agama akan membuat sengsara. Sekolah tinggi2 dapat gelar banyak, tapi jahil karena tidak yakin dengan agama. Tidak yakin dengan Allah. Kalau diceritakan kepada kita bagaimana Allah menolong Nabi Musa dengan asbab tongkat saja. Tongkat itu mungkin dari bambu, mungkin dari kayu. Artinya benda mati. Tapi dengan asbab tongkat itu Nabi Musa bisa hancurkan Fir'aun dengan tentaranya. Hari ini ketika kita ceritakan kebenaran kabar dari Allah dalam Al Qur'an itu, mereka bilang itu tidak akan bisa terjadi di zaman sekarang. Tidak bisa.

Banyak bukti hari ini. Tanggal 11 november 1945, di surabaya. Arek2 surabaya, kita memproklamirkan kemerdekaan waktu itu. Datang tentara sekutu, yaitu Inggris mau merebut kembali Indonesia supaya di bawah jajahan dia. Maka rakyat di bawah kepemimpinan Bung Tomo dengan senjata bambu runcing melawan tentara sekutu yang memiliki pesawat, senjata mesin. Tapi dengan keyakinan kepada Allah. Kalau menurut logika bagaimana mau menang, bambu melawan pesawat dari udara. Bagaimana kalau kita tidak yakin dengan bukti2 di negeri kita sendiri. Jadi banyak bukti2, bahwa pertolongan Allah bukan hanya kepada orang dulu2 saja. Orang sekarang pun sampai besok hari kiamat, kalau dia amalkan agama pasti ditolong oleh Allah.

PARA NABI MEMBERI TAHU PERKARA INI, SUPAYA MANUSIA ITU JANGAN BINASA, JANGAN CELAKA, JANGAN TERSIKSA DI AKHIRAT NANTI. Betulkan yakinnya, jauhkan keyakinan dari asbab2 dhahir ini. Itu ujian dari Allah. Orang berpikir kalau punya banyak uang jadi orang kaya, hidup akan senang, akan mulia. Ini pendapat yang keliru. Dalam Al Qur'an Allah ceritakan bagaimana kayanya Qorun, yang bahkan kunci dari kekayaannya saja tidak kuat dipikul oleh 7 orang terkuat pada masanya. Tapi nyatanya hidupnya sudah dan gagal. Sekarang pun banyak orang kaya berkuasa, hartanya banyak tapi hidupnya penuh masalah. Lebih susah daripada yang miskin. Karena keyakinannya salah.
Buang jauh keyakinan terhadap asbab dhahiriyyah. Bahwa asbab yang benar adalah agama. Kalau kita amalkan agama, taati Allah, maka Allah akan datangkan kehidupan yang baik kepada kita. Dunia kita dan akhirat kita.

Memang hadirin, dengan agama tidak langsung bisa ada uang yang jatuh dari langit misalnya. Tapi secara ghaibiyyah Allah selesaikan masalah2 kita. Allah berkuasa menyelesaikan masalah. Kadang melalui duit, kadang tanpa duit.

Suatu ketika Siti Fatimah mengalami sakit yang kebiasaan secara dhahiriyyah bisa disembuhkan dengan delima. Maka suami Fatimah, Sayyidina Ali mencari delima dengan susah payah karena memang musim sudah lewat. Meski akhirnya dapat juga satu. Setelah mencari susah payah kesana kemari, begitu pulang Ali bertemu dengan seorang perempuan tua yang mempunyai penyakit yang sama dengan Fatimah. Perempuan tua itu meminta delima itu. Ali yang memang terkenal dermawan lebih mendahulukan agama, karena kalau ada orang yang meminta itu dikasih. Ali pulang ke rumah dengan tangan kosong. Maka Ali ceritakan semua kepada Fatimah seraya meminta ma'af. Tapi apa kata Fatimah? Alhamdulillah Allah telah sembuhkan penyakitku karena asbab sedekahmu wahai suamiku. Itu agama. Dengan amal Allah sembuhkan penyakit. Kekuatan amal menyembuhkan penyakit lebih kuat daripada obat dan dokter.

Sekarang kalau kita punya duit untuk menyembuhkan penyakit kita dengan obat dan dokter. Andaikata itu uang buat beli obat buat bayar dokter disedekahkan, walaupun tidak sebesar harga obat atau bayar dokter, maka penyakit akan lebih cepat sembuh daripada kita minum obat atau pergi ke dokter. Sebab sedekah itu sifat untuk penyembuhan penyakit. Ini Allah yang memberi tahu melalui NabiNya.

Kalau orang hari ini yakin terhadap perkara2 yang ditetapkan Allah, maka hidup ini menjadi mudah. Tapi kalau kita yakinnya dengan uang, masalah gampang jadi susah. Hukuman dari Allah karena yakin dengan uang. Karena yakin kita salah, kerja keras untuk mendapat uang banyak, tanpa keyakinan kepada Allah, akhirnya tidak ada barokah dalam keluarganya.

Satu2nya jalan untuk memperbaiki kehidupan ini, baik dunia maupun akhirat adalah agama. Tidak dengan cara lain. Kalau kita abaikan agama, walaupun kita maju dalam bidang2 lain, kehidupan yang baik tidak akan datang kepada kita. Allah telah contohkan di Qur'an. Kaum saba' maju dalam bidang pertanian, subur makmur panen luar biasa tapi karena tidak mengamalkan agama dan merasa sombong menganggap keberhasilan dalam bidang pertanian karena kepandaian mereka. Maka Allah hancurkan mereka. Kaum Tsamud maju dalam pembangunan, infrastruktur sangat maju, tapi karena tidak mengamalkan agama, maka Allah hancurkan. Kaum madyan maju dalam bidang perdagangan, tapi karena tidak mau mengamalkan agama, maka Allah hancurkan. Kaum ‘Aad maju dalam kesehatan dan kekuatan jasad, tapi tidak mau mengamalkan agama maka Allah hancurkan.

Jika kita baca Qur'an dan renungi. Sekarang banyak orang sibuk dagang maju dalam dagang, agama ditinggalkan. Sibuk dalam pertanian, pertanian maju agama ditinggalkan. Sibuk membangun sarana2 kemajuan ekonomi, agama ditinggalkan. Ini orang2 yang rugi. Karena jauh dari agama, maka Allah akan hancurkan.

Ketetapan dari Allah, kalau masyarakat itu taat kepada Allah maka akan didatangkan keadaan yang baik. Kalau masyarakat beriman dan beramal sholeh, Allah akan datangkan keadaan yang baik. Man 'amila ṣāliḥam min żakarin au unṡā wa huwa mu`minun fa lanuḥyiyannahụ ḥayātan ṭayyibah, wa lanajziyannahum ajrahum bi`aḥsani mā kānụ ya'malụn. (An Nahl: 97). Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Walau anna ahla al-qura ammanu wattaqau lafatahna 'alaihim barakat[in] mi as-sama'i wa al-ardhi (Al-A'raf: 96). Kalau saja penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami bukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

| Designed by Colorlib